Selasa, 13 Agustus 2024

MENGELOLA KETERBATASAN, MENEMBUS IMPIAN


Tidak ada seorangpun di dunia ini hidup tanpa keterbatasan. Sekaya dan sekuat apapun manusia, pasti memiliki batas kemampuan, setidaknya umur membatasi kita untuk bisa hidup di dunia. Hanya saja ada orang yang fokus pada keterbatasan sehingga mudah menyerah pada keadaan dan berhenti mengejar impian. Lalu merasa dunia begitu sempit dan tidak ada jalan keluar. Padahal manusia tidak hanya dibekali keterbatasan, namun juga diberikan kekuatan.

Saya sungguh takjub dengan masyarakat Muslim di Hainan, China. Mereka hidup ditengah paham komunisme yang menjadi penguasa di negaranya. Mereka memiliki berbagai keterbatasan untuk hidup sebagai muslim. Bukan hanya benturan budaya, namun aturan dari negara juga tidak mudah untuk diaplikasikan.

Berdamai dengan keterbatasan bukanlah hal mudah. Namun, masyarakat muslim Hainan terbukti mampu melakukannya. Pemerintah China melarang tulisan Arab di setiap area publik, termasuk restoran muslim. Tadinya terdapat tulisan halal menggunakan bahasa Arab sebagai penanda bahwa restoran ini hanya menyajikan makanan halal. Kini tulisan itu diganti menjadi qingzhen dalam tulisan mandarin yang berarti halal.

Masyarakat muslim di Hainan fokus pada tujuan utama pembukaan restoran, yaitu menyajikan makanan halal. Mereka tidak terjebak pada istilah yang pasti akan menyulitkan jika dipermasalahkan. Pengunjung yang datang juga langsung mengerti tentang situasi ini. Restoran halal selalu ramai didatangi oleh para pengunjung muslim dari berbagai negara yang datang ke Hainan.

Menariknya, masyarakat muslim Hainan mampu mengumpulkan donasi besar untuk Palestina. Keterbatasan yang mereka alami tidak membuat mereka larut dalam kekecewaan. Masyarakat Muslim Hainan tetap berbuat untuk membantu warga Palestina yang didzolimi.

Tidak semua orang dapat mengelola keterbatasan seperti saudara kita di Hainan. Terkadang kita lebih suka membandingkan kelemahan yang kita miliki dengan kelebihan orang lain. Seseorang yang lemah dalam komunikasi publik, pasti stres jika diminta memberikan orasi dihadapan ratusan orang. Namun boleh jadi argumentasinya justru bisa tersampaikan melalui tulisan. Lalu saat terpaksa harus berbicara dihadapan banyak orang, ia cukup menulis lalu membacanya dengan keras.

Bahkan kita tidak harus melakukan sesuatu yang memang kita lemah dibidang tersebut. Bayangkan semua orang ahli orasi, pasti yang ada hanyalah konflik antar kelompok. 

Jika berbicara adalah kekuatan yang dimiliki oleh seseorang, kemampuan mendengarkan sebetulnya juga kekuatan. Saya termasuk orang yang lemah dalam kemampuan mendengarkan. Akibatnya tidak mudah untuk memahami situasi yang dialami oleh orang lain. Empati saya lemah dalam hal ini. Padahal kemampuan mendengar sangat penting agar saya dapat mengambil kebijakan terbaik dalam organisasi dan perusahaan yang saya pimpin. Maka saya tunjuk orang yang memiliki kemampuan mendengarkan agar dapat memberikan respon atas situasi yang terjadi. Disinilah kolaborasi itu berlangsung.

Demikian pula dengan masyarakat muslim di Hainan. Mereka lemah dalam advokasi politik untuk melindungi kebutuhan dasar sebagai muslim. Namun, saat mereka dapat mendatangkan pengunjung muslim dari berbagai negara, perlindungan akan berlangsung. Apalagi China sedang berupaya menggalang dukungan dari berbagai negara muslim untuk memperkuat wisata, ekonomi bahkan militer.

Keterbatasan tidak perlu ditakuti, cukup kita kenali. Keterbatasan tidak harus membuat kita berlatih keras untuk menaklukkannya. Cobalah fokus berdiri dan berjalan pada kekuatan yang kita miliki. Seseorang yang mampu mengenali kekuatan dan keterbatasan pada dirinya lalu dapat mengelola secara baik, disitulah ia akan menjadi hebat bersama kehebatan orang lain yang saling melengkapi.

Tags :

bm

anantiyo

Pencari Inspirasi

Hikmah atau inspirasi adalah kekayaan yang menghidupkan akal, memperkuat insting kebijakan, dan mengkaryakan bakat .

  • anantiyo
  • M Anantiyo Widodo
  • anantiyo_widodo
  • anantiyo.widodo@gmail.com
  • Anantiyo Widodo

Posting Komentar