Coretan Pena
Sekedar menyampaikan ide dan pendapat, yuk berikan tanggapan.
Sabtu, 21 September 2024
Kamis, 15 Agustus 2024
Nggolek Mushola, Refleksi Kemerdekaan RI Ke 79
Sering ya dengan mudahnya kita bilang "wes sholat sak tekane". Maksudnya sesampainya dimana waktu sholat, disitu kita cari mushola atau masjid. Nah, hal semacam itu tidak bisa dengan mudahnya kita lakukan di negara minoritas muslim seperti China.
Keberadaan masjid benar-benar sangat langka. Maka saat bertemu masjid sebesar ini rasanya adem sekali. Memang jika dibandingkan dengan masjid Agung Kabupaten di Jawa Tengah, masjid ini juga lebih kecil. Namun ini masjid terbesar di Propinsi Hainan, China.
Oh ya masjid ini baru saja dipugar. Tadinya terdapat beberapa kubah, lalu diubah menjadi bentuk seperti pagoda yang dianggap sesuai budaya China.
Perlukan Indonesia semacam itu ?
Indonesia adalah sebuah negara sekaligus bangsa yang membangun jati dirinya sendiri. Tidak banyak negara yang bisa menyatukan masyarakatnya dengan keanekaragaman seperti Indonesia.
Pecahnya Uni Soviet, juga Eropa menjadi berbagai negara kecil membuktikan sulitnya bersatu. Bahkan negara Arab juga demikian. Sementara China berhasil dengan memaksakan budaya suku terbesarnya untuk digunakan oleh suku lain.
Maka di Indonesia kita temukan ribuan Pura di pulau Bali. Juga gereja di Indonesia Timur. Bahkan di Temanggung misalnya tempat saya tinggal, lebih banyak ditemukan gereja saat lewat jalan utama dibandingkan masjid atau mushola yang sebagian besar berada di dalam perumahan.
Bahkan hari libur yang ditetapkan pemerintah justru hari Minggu, bukan Jumat yang merupakan hari terpenting umat Islam sebagai pemeluk agama mayoritas. Hal semacam ini sudah cukup untuk dilanjutkan, tidak perlu diperdebatkan kembali. Itulah hebatnya Indonesia yang mempersatukan. Tentu saja gesekan kecil kadang terjadi didalam. Namun dengan segera dapat diselesaikan.
Yakinlah, nilai-nilai luhur yang berhasil mempersatukan tidak perlu diubah. Jika tidak menginginkan konflik horisontal kembali berlangsung. Indonesia Hebat, akan semakin hebat dengan jati diri terbaiknya. Kita bahagia dengan cara kita sendiri. Merdeka.
Hainan, China, 16 Agustus 2024
Oleh :
M Anantiyo Widodo
Direktur BeningAti Institute
Selasa, 13 Agustus 2024
MENGELOLA KETERBATASAN, MENEMBUS IMPIAN
Minggu, 11 Agustus 2024
Apa Itu Sekolah Qurani Ramah Bakat
Masalah yang harus diselesaikan oleh pendidikan melalui sekolah kini menjadi sangat kompleks. Mayoritas orang tua merasa kuatir atas perilaku anak-anak nya. Pergaulan dan interaksi yang terjadi tidak mudah dikelola. Jika dahulu, akademik dinomorsatukan, adab kini dianggap menjadi paling penting untuk dicapai. Terjadi kesenjangan yang terasa antara adab yang diyakini orangtua dengan model komunikasi anak.
Permasalahan lainnya adalah tentang daya juang yang lemah. Hal ini terjadi karena gaya hidup instan yang berlangsung. Semuanya berjalan serba cepat dan mudah. Segala sesuatu dapat selesai melalui layar ditangannya. Akibatnya potensi yang seharusnya tumbuh secara alamiah tidak berkembang. Tentu saja ini akan berdampak pada produktifitas dan etos hidup yang semakin melemah.
Bagaimana strategi sekolah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut ?
Yayasan Fi Ahsani Taqwim membuat konsep kurikulum bernama Sekolah Ramah Bakat. Konsep ini dirancang untuk melaksanakan misi pertama yayasan, menyelenggarakan pendidikan rabbani yang menyenangkan dan berpihak pada siswa.
Rabbani adalah orang yang bertaqwa kepada Allah SWT, sebagaimana fitrah manusia adalah suci yang artinya menyembah Allah sejak sebelum lahir. Nah, fitrah manusia juga berkaitan dengan potensinya yang sudah ditetapkan. Agar manusia dapat mempertahankan fitrah, menjadi manusia bertaqwa, maka harus melalui proses pendidikan yang mengutamakan nalar iman. Inilah yang dimaksud dengan pendidikan rabbani.
Pendidikan rabbani diharapkan dapat menghasikan KESALEHAN sebagai profil pertama siswa dan lulusan sekolah Qurani Ramah Bakat. Hal itu ditunjang dengan kemampuan yang baik dalam membaca dan menghafal Al Quran sebagai pedoman hidup. Inilah yang dimaksud dengan QURANI sebagai profil kedua. Sedangkan akhlak yang lahir dari proses pendidikan Rabbani disebut BERBUDI sebagai profil keempat. Profil ketiga diuraikan dibawah.
Sedangkan kata menyenangkan mengharuskan sekolah dibawah Yayasan Fi Ahsani Taqwim selalu menggunakan metode yang menghasilkan gairah belajar. Guru didalam ruang kelas harus mampu memberikan pola pengajaran yang membahagiakan.
Sementara berpihak pada siswa berarti sekolah berupaya untuk mengembangkan bakat potensi siswa. Hal ini dapat berlangsung ketika sekolah memberikan dukungan yang cukup untuk bertumbuhnya kemampuan siswa sesuai sifat unik pada diri masing-masing.
Metode pembelajaran yang menyenangkan berasal dari konsep ADLX Introflex Terpadu JSIT Indonesia. Sementara pengembangan bakat menggunakan Talents Mapping yang mengelompokkan bakat menjadi 34 tema. Dari sini, muncullah kata CERDAS sebagai profil ketiga. Cerdas dibagi menjadi cerdas literasi, cerdas numerasi dan cerdas bakat.
Secara umum, itulah yang dimaksud dengan Sekolah Qurani Ramah Bakat dari Yayasan Fi Ahsani Taqwim. Memiliki empat kompetensi yaitu SALEH, QURANI, CERDAS, dan BERBUDI. Tentu dibutuhkan beberapa tahapan agar kurikulum ini dapat terlaksana 100%. Semoga dengan doa, dukungan dan masukan dari sahabat sekalian, kurikulum ini bisa menghasilkan sesuai harapan. Aamiin
Oleh :
M Anantiyo Widodo / Ketua Yayasan Fi Ahsani Taqwim
Sabtu, 10 Agustus 2024
Mencari Kemaslahatan atau Sekedar Kesukaan
Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekadarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu. Itu adalah kalimat dari Sahabat Rasulullah SAW, Ali bin Abi Tholib.
Suka dan benci terhadap sesama manusia sebetulnya hal wajar dalam hidup. Sayangnya banyak yang kemudian hanyut dalam perasaan ini. Saat benci seolah apapun yang dilakukan oleh musuhnya menjadi salah. Sebaliknya saat suka, dengan mudahnya bersikap toleran atas tindakan sahabatnya.
Lebih ngerinya lagi, ketika menghukumi seseorang dengan dalih agama. Kesalahan yang nampak langsung dianggap menyalahi syariat dan wajib dilawan. Padahal belum tentu hal tersebut berlawanan dengan syariat.
Rasulullah SAW menyampaikan : “Barangsiapa yang mencela saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati sebelum ia melakukan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi)
Lihat, Rasulullah SAW bahkan melarang kita mencela orang yang berbuat dosa. Walaupun memberikan nasehat bahkan melaporkan kepada pihak berwenang menjadi wajib sebagai bagian dari amar makruf nahi munkar.
Apalagi dalam dunia politik. Berapa banyak orang yang mencela tindakan Hammas Palestina yang menjalin hubungan dengan Iran. Padahal faktanya, hanya Iran yang berani terang-terangan melibatkan kekuatan militernya untuk menekan Israel. Sementara orang-orang itu hanya bisa teriak dan menyalahkan.
Sungguh sedih saat sekelompok orang memandang politik hanya tentang benar dan salah. Bahkan menganggap kebenaran hanya milik seseorang yang terlanjur dipuja. Sementara pilihan politik yang diputuskan melalui pertimbangan rapat dianggap salah.
Sejak lama saya kuatir dengan gaya politik yang mengedepankan masalah daripada solusi. Praktek politik yang menyebabkan fanatisme sempit dan meninggalkan logika kemaslahatan. Sayangnya, elit politik seolah juga membenarkan cara semacam ini.
Masyarakat lebih mencermati isu yang berkembang daripada konsep yang ditawarkan. Inilah realita masyarakat dengan kemampuan literasinya yang sangat lemah. Video pendek sudah cukup membakar amarah dan memunculkan kebencian.
Politik sebagai bagian dari sarana perjuangan harus lentur dan adaptif. Ini adalah tentang seni mempengaruhi dan mengambil peran terbaik. Berbeda dengan penegak hukum yang harus mengambil jalan tegas menegakkan aturan.
Semoga para politisi mulai mengubah gaya provokatif. Demikian pula masyarakat mau mempelajari aspek maslahat atas keputusan politik. Bukan sekedar fanatik buta kepada orang atau partai. Lalu mudah patah hati saat tidak sesuai harapan.
Oleh : M Anantiyo Widodo / Direktur Bening Ati Institute